Senin, 23 Mei 2011

Shalat Jenazah

Bahasan selanjut setelah tata cara memandikan jenazah adl shalat jenazah. Barangkali sebagian kita telah berulang kali mengamalkannya.
Namun kajian ini insya Allah tetap memiliki nuansa lain krn kita diajak utk menyelami dalil-dalilnya.

Purna sudah tugas memandikan dan mengafani jenazah. Yang tertinggal sekarang adl menshalati mengantarkan ke pekuburan dan memakamkannya. Untuk mengantarkan ke pekuburan dan memakamkan merupakan tugas laki2 krn Rasulullah n
telah melarang wanita utk mengikuti jenazah sebagaimana diberitakan Ummu ‘Athiyyah x
:

كُنَّا نُنْهَى عَنِ اتِّبَاعِ الْجَنَائِزِ، وَلَمْ يُعْزَمْ عَلَيْنَا

“Kami dilarang utk mengikuti jenazah namun tdk ditekankan terhadap kami.”1
Al-Imam Ibnul Daqiqil ‘Ied v
berkata:“Hadits ini mengandung dalil dibenci wanita mengikuti jenazah namun tdk sampai pada keharaman. Demikian yg dipahami dari ucapan Ummu ‘Athiyyah x
:
وَلَمْ يُعْزَمْ عَلَيْنَا
krn ‘azimah menunjukkan ta`kid .”
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-’Asqalani v
berkata: “Seakan-akan Ummu ‘Athiyyah x
hendak menyatakan bahwa: ‘Beliau n
benci bila kami mengikuti jenazah namun beliau tdk mengharamkannya’.” Al-Qurthubi v
berkata: “Yang tampak dari konteks ucapan Ummu ‘Athiyyah x
adl larangan tersebut merupakan nahi tanzih . Demikian pendapat jumhur ahlul ilmi2.” .
Sementara ulama Madinah membolehkan termasuk Al-Imam Malik v
namun utk wanita yg masih muda/ remaja beliau memakruhkannya.”
Dengan demikian keutamaan mengikuti jenazah seperti ditunjukkan dlm hadits Abu Hurairah z
3 hanya berlaku utk lelaki secara khusus .